SEMANGAT PEMUDA TERGERUS ZAMAN


-->
Ditulis oleh: Delta Rahwanda
Staff Pengajar di UPT Balai Bahasa Universitas Malahayati
(Diperbolehkan mengopi isi artikel ini dengan syarat menuliskan nama penulis pada bagian artikel yang diambil)
Don’t ask what your country can do for you but what you can do for your country” Kalimat yang pernah dipopulerkan oleh salah satu mantan presiden Amerika John F. Kennedy ini selayaknya pantas untuk mengawali tulisan ini. Jangan pernah bertanya tentang apa yang telah negara berikan kepadamu namun bertanyalah apa yang telah kita berikan kepada negara kita. Jangan selalu menuntut dan menyalahkan kepada negara padahal kita juga tidak pernah berbuat sesuatu untuknya. Dahulu 80 tahun silam, pemuda kita telah mengikrarkan sebuah semangat kebersamaan kepada seluruh pemuda Indonesia dan menyatakan bahwa bertanah air satu Indonesia, berbangsa satu Indonesia dan Berbahasa satu bahasa Indonesia. Para pemuda telah mengerti bahwa nusantara terdiri dari berbagai macam suku dan keanekaragaman sehingga dimanfaatkan oleh penjajah Belanda kala itu. Maka dari itu pemuda menjadi agent of change dan agent of unifying dari adanya keanekaragaman dan perbedaan yang ada pada waktu itu. Maka dengan semangat yang membara digelarlah Sumpah Pemuda sebagai suatu tanda semangat kebersamaan.
Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa Sumpah Pemuda telah menjadi tonggak awal pemersatu bangsa ini. Meski pada masa-masa sebelumnya beberapa pemuda juga telah mengerti dengan kondisi dan situasi terjajah namun mereka hanya bertindak secara individu atau kedaerahan saja. Maka Sumpah pemuda menjadi key of unifying secara nasional. Penulis meyakini bahwa para pemuda kita saat ini mengerti benar dengan sejarah yang di jelaskan sedikit di atas. Namun seiring berjalannya waktu timbul pertanyaan sejauh mana peran pemuda saat ini setelah masa kemerdekaan? Apa saja peran dan sumbangsih mereka dalam mengisi kemerdekaan ini? Ataukah malah sebaliknya, tanpa perduli lagi dengan kemerdekaan yang telah diperjuangkan oleh pemuda pada masa lalu? Perlu kita catat bahwa telah banyak negara membuktikan keberadaan pemuda sangatlah penting dalam proses perkembangan suatu negara.
Pada masa penjajahan musuh-musuh pemuda adalah para penjajah. Artinya bahwa musuh bangsa kita terdahulu yaitu para penjajah. Sebuah musuh yang jelas dan nyata yang harus dilawan karena telah membelenggu kebebasan sebuah negara. Akhirnya Indonesia dapat mendeklarasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Sedangkan saat ini adalah masa kemerdekaan namun bukan berarti musuh para pemuda telah hilang seluruhnya namun justru “mereka” semakin gencar menyerang. Gaya hidup barat, arus kebudayaan, narkoba, musik, games, televisi adalah secuil contoh dari musuh para pemuda kita saat ini. Musuh-musuh abstrak yang sedang menjajah secara halus dan perlahan. Mereka tidak menyerang secara langsung namun mempengaruhi secara perlahan dan pasti. Ini adalah tugas para pemuda untuk mengerti dengan keadaan ini dan berusaha melawannya. Mari kita simak dua contoh yang perlu disadari keberadaanya yaitu narkoba dan televisi.
Narkoba yang merajalela.
Kita ketahui bersama bahwa narkoba adalah musuh yang paling berbahaya di kalangan para pemuda dan remaja. Jika dibandingkan dengan tsunami yang terjadi di Aceh beberapa tahun yang lalu, korban narkoba di Indonesia jelas lebih banyak dan akan semakin terus bertambah. BNN menjelaskan para pengguna narkoba di negara kita telah lebih dari 3,3 juta orang (dikutip dari wikipedia.com) yang mayoritas korbannya adalah para pemuda/ remaja. Sekitar 15 ribu orang Indonesia meninggal setiap tahun karena napza. Tak kurang dari 78 persen korban yang tewas akibat narkoba merupakan anak muda berusia antara 19-30 tahun. Angka itu belum termasuk mereka yang terkena dampak lain akibat kasus narkoba. Mari kita bandingkan dengan korban tsunami di aceh. Menurut data, jumlah korban tsunami adalah + 200 ribu jiwa meninggal. Sedangkan di Indonesia sendiri menelan korban + 130 ribu jiwa meninggal. Ini berarti bahwa 15 ribu jiwa adalah sekitar seperdelapan dari 130 ribu jiwa. Berdasarkan dari perhitungan tersebut, kita mendapatkan hasil bahwa Indonesia mengalami bencana Tsunami setiap delapan tahun sekali karena Narkoba. Tak salah kiranya jika penulis pernah menuliskan judul opini “Tsunami Berbusana Narkoba (pernah terbit di Lampung Post bulan Juni 2008).
Televisi di kalangan pemuda dan remaja.
“Perlahan namun pasti” kiranya tepat untuk mengibaratkan pengaruh televisi terhadap perkembangan remaja saat ini. Sebuah program/ acara yang digandrungi masyarakat adalah sebuah keuntungan bisnis yang luar biasa, bahkan akan di tayangkan setiap hari karena mumpung sedang diminati masyarakat. Sedangkan moralitas suatu acara dihiraukan begitu saja tanpa memikirkan dampak negatif terhadap audiensinya. Seorang yang telah dewasa saja belum tentu memahami mana sebuah acara yang baik untuk ditonton atau dilihat, apalagi para remaja dan anak-anak. Remaja dan anak-anak kita akan menyerap dan meniru dari apa yang telah mereka lihat. Kita semua tahu bahwa salah satu sifat dasar seorang anak adalah mengimitasi apa yang dia lihat. Sebuah contoh yang terjadi saat ini, ketika kita bertanya kepada anak kita siapakah tokoh favorit mereka? Dia akan menjawab Power Ranger, Ultra Man dll. Acara anak-anak seperti di atas adalah sebuah program anak yang penuh dengan tindakan kekerasan. Seorang pahlawan yang mereka idolakan akan menumpas musuhnya dengan menggunakan kekerasan juga. Sedang pola pikir anak adalah sederhana dan mudah meniru.
Masih ingat dengan kasus Smack Down, WWF atau WCW. Banyak sekali korban yang berjatuhan bukan? Dan semua korban adalah anak-anak. Mereka mempraktikkan apa yang telah mereka lihat di televisi. Padahal apa yang mereka lihat hanyalah sebuah acting dan mereka berlatih terlebih dahulu sebelum benar-benar berakting di atas ring.
Konten atau isi dari televisi kita saat ini kebanyakan berisi tentang kriminalitas, seks, hayalan, perselingkuhan, penampilan laki-laki bergaya banci yang semakin popular dan lain-lain. Kita lihat saja kini semakin banyak bermunculan sinetron-sinetron yang bercerita tentang kehidupan hedonisme dan konsumtif. Dalam beberapa sinetron langsung dimunculkan tokoh tampan dan cantik dan berasal dari keluarga yang kaya raya. Perlahan-lahan, akan tertanam sebuah konsep difikiran remaja dan anak-anak kita bahwa begitulah sebuah kehidupan. Dengan berwajah tampan dan kaya raya. Sedangkan audience (remaja dan anak-anak) tidak diberi pengertian akan arti penting sebuah usaha dan kerja keras dalam mencapai sebuah kesuksesan hidup. Mereka selalu dihadapkan pada sebuah kehidupan kaya raya tanpa mengetahui bagaimana/ proses menjadi kaya.
Remaja dan anak-anak yang terbiasa mengkonsumsi acara televisi secara terus-menerus dan tanpa diawasi juga akan berpengaruh kepada gaya berpakaian, gaya rambut dan cara bergaul mereka. Akan muncul sebuah gengsi terhadap selera berpakaian mereka. Mereka akan mengikuti trend berpakaian dari apa yang mereka lihat. Sebagai contoh kecil saja banyak sekali sekolah berlabelkan Islam namun mati-matian para mahasiswanya bergaya punk ala barat. Belum lagi gengsi dalam memilih selera makan. Mereka akan cenderung memilih makanan-makanan yang iklannya selalu ditayangkan di televisi. Jika tidak makan makanan yang kebarat-baratan dianggap tidak keren/ gaul.
Salah satu acara yang sangat digandrungi masyarakat kita adalah Infotainment. Biasanya berisi tentang gaya hidup dan tingkah laku seorang selebritis baik itu berupa perceraian, perselingkuhan, pacaran dan masih banyak lagi. Perceraian, perselingkuhan, pacaran adalah beberapa contoh kecil dari infotainment yang selalu ditonton oleh remaja dan anak-anak. Mari kira ulas sedikit agar para orang tua mulai memahami pentingya pengawasan kepada anak-anak mereka. Salah satu dampaknya, remaja akan semakin besar memiliki rasa curiosity (keingintahuan) terhadap seks dan hal yang berbau urusan dewasa. Kemudian, konten tersebut pada dasarnya bukan untuk para remaja dan anak-anak namun tetap saja mereka dengan polos melihatnya. Namanya juga anak-anak. Terakhir, yang sangat dikhawatirkan, anak-anak dan remaja kita menjadi terlalu cepat matang dalam hal sexualitas. Mereka akan meniru para artis-artis idola mereka yang sebenarnya masih di bawah umur mulai berpacaran dan berpelukan di depan kamera tanpa canggung lagi. Infotaintment, kadangkala sedikit berbohong, melebih-lebihkan berita/gossip guna meningkatkan rating acara mereka.
Akhir-akhir ini banyak sekali acara di televisi yang menggunakan media anak-anak atau remaja guna menjadi pengisi acara. Dengan diiming-imingi ketenaran yang bisa didapat dengan kilat dan juga pendapatan yang luar biasa, para orang tua pun ikut mensupport bahkan menjadi bagian acara tersebut. Di samping penilaian dalam hal suara, mereka juga dinilai dalam hal berpakaian. Para juri juga menilai cara berpakaian peserta tanpa menilai umur peserta. Pakaian yang kurang seksi, atau kurang vulgar menjadi point penting dalam sesi penilaian padahal mereka masih sangat hijau. Sayangnya orang tua merekapun mengamini apa yang dikatakan juri. Harus orang tua pahami bahwa anak-anak dan remaja adalah bagian dari pemuda dan mereka akan menjadi pemimpin negara. Apa yang kita berikan dan ajarkan sekarang akan sangat berpengaruh di kehidupannya kelak ketika dewasa.
Pemuda ibarat sebuah pisau dengan 2 mata yang sama tajamnya. Artinya bahwa pemuda adalah sebuah alat yang bisa menjadi begitu berbahaya jika salah dalam menggunakannya. Namun jika tidak disalahgunakan akan memberikan hasil yang maksimal dan itu adalah merupakan sebuah kewajiban dari para pemuda kepada negaranya. Jika dahulu para pemuda Malaysia banyak sekali belajar di Indonesia, maka pada saat ini terjadi sebaliknya. Para pemuda kita yang banyak belajar ke Malaysia. Dahulu kita dijuluki Macan Asia dan sering mengexpor beras, kini yang terjadi adalah sebaliknya. Atlit-atlit kita banyak sekali yang berprestasi di bidangnya, namun sekarang ini semakin kendur dalam berprestasi. Ini adalah bukti bahwa negara kita mengalami kemunduran dan menjadi tugas pemudalah untuk kembali merubahnya.
Penjelasan yang penulis jabarkan di atas adalah sebuah realita yang sedang terjadi saat ini. Bukan berarti kita harus menyesal karena terlahir di sebuah negara yang sedang “bingung”, namun mari kita jadikan semua ini menjadi main reasons untuk saling bergotong-royong dalam merubah keadaan menjadi lebih baik. Bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda yang telah menginjak pada usia 80 tahun, mari kita instrospeksi lagi apa yang sudah kita lakukan dalam mengisi kemerdekaaan ini. Pemuda adalah ujung tombak negara kita saat ini maupun kelak. Tidak hanya pemuda yang berada di Indonesia saja namun para pemuda dan remaja kita yang sedang belajar di luar negeri juga memiliki tanggung jawab yang sama terhadap kelangsungan negara kita ini. Kita sendirilah yang bisa mengukur sejauh mana kontribusi para pemuda saat ini terhadap negara. Ask! What you can do for your country!
Artikel ini sempet di kirim ke koran, tapi sayang nggak diterbitin. So gue published sendiri ajah! Semoga berguna dan bermanfaat.

Comments