TSUNAMI BERBUSANA NARKOBA


-->
Oleh Delta Rahwanda
Staff Pengajar di UPT Balai Bahasa Universitas Malahayati
            (Diperbolehkan mengopi dengan syarat meletakkan nama penulis pada bagian artikel ini)
“Beberapa minggu yang lalu kita dikejutkan oleh berita di televisi tentang beredarnya sejenis Narkoba dengan target anak-anak Sekolah Dasar. Modus tersebut tergolong baru, yaitu dengan membuat Narkoba berbentuk permen berwarna-warni. Tentu saja siswa-siswi SD tersebut menerimanya dengan senang hati karena seseorang telah membagikan permen kepada mereka. Beberapa saat kemudian orang tua para siswa yang kebingungan melihat anaknya bertingkah aneh dan ada juga yang pingsan sehingga terpaksa harus dirawat di Rumah Sakit” Berita tersebut hanyalah salah satu contoh dari sekian banyak contoh bukti peredaran Narkoba yang semakin extraordinary (luar biasa). Saat ini, Narkoba tidak hanya menyerang para remaja kita namun telah merambah kalangan anak-anak di bawah umur. Ini membuktikan bahwa para pengedar semakin gencar melakukan aksinya.
NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif) atau yang biasa kita kenal dengan nama NARKOBA merupakan musuh lama masyarakat. Sayangnya “penyakit” ini semakin popular di kalangan remaja. Bahkan para main actor dari peredaran Narkoba telah merambah ke dunia anak-anak. Perlu masyarakat kita ketahui bahwa sejak tahun 2005, Indonesia telah masuk ke dalam daftar tiga besar peredaran narkoba dunia, terutama untuk jenis sabu, setelah China dan Amerika Serikat. Ini berarti bahwa para pecandu Narkoba di negara kita semakin agresif tak mau kalah dengan para pengedarnya. Bukti ini didukung dengan terbongkarnya beberapa pabrik Ekstasi di berbagai kota besar di Indonesia dan tertangkapnya para pengedar berwajah non pribumi yang kebanyakan berkulit hitam (Negro). Dari hasil penangkapan tersebut menunjukkan bahwa Indonesia adalah Surga untuk menjalankan bisnis haram mereka.
Kabar yang sangat mencengangkan penulis peroleh dari BNN (Badan Narkotika Nasional). BNN menjelaskan para pengguna narkoba di negara kita telah lebih dari 3,3 juta orang (dikutip dari wikipedia.com) yang mayoritas korbannya adalah para remaja. Berita ini merupakan hal yang sangat memilukan karena banyak sekali remaja kita yang telah menjadi korbannya. Berdasarkan hasil research tersebut, terbukti bahwa begitu banyak kalangan dari masyarakat kita yang berbaur dengan narkoba dalam kehidupan sehari-hari mereka. Bahkan kita yang tidak tahu menahu tentang Narkoba, tanpa kita sadari kita telah berbaur dengan segelintir orang pemakai Narkoba. Maka dari itu, kita harus lebih waspada dan mawas diri serta lebih memperhatikan tingkah laku remaja dan anak-anak kita.
Apa saja dampak Narkoba?
Banyak sekali dampak buruk yang akan terjadi bila seseorang mengkonsumsi salah satu jenis narkoba. Salah satu dampak yang akan muncul dari penggunaan narkoba adalah Addiction atau kecanduan. Rasa ingin selalu mengkonsumsi inilah yang kita sebut sebagai kecanduan. Ketika seorang remaja telah mengalami ketagihan (kecanduan), dia akan melakukan apa saja untuk memenuhinya. Ketika kecanduan telah mencapai tingkat yang akut, maka pemakai Narkoba akan mengalami perubahan pada pola pikir yang akan semakin lambat, mudah marah, tidak perduli dengan lingkungan sekitar, penyakit dalam yang akan menyerang jantung, hati dan masih banyak dampak buruk yang akan dihasilkan. Seperti yang penulis kutip dari Radar Lampung tertanggal 20 juni 2008, Sekitar 15 ribu orang Indonesia meninggal setiap tahun karena napza. Data ini menunjukkan betapa berbahayanya Narkoba/ Napza di lingkungan masyarakat kita. Tak kurang dari 78 persen korban yang tewas akibat narkoba merupakan anak muda berusia antara 19-21 tahun. Angka itu belum termasuk mereka yang terkena dampak lain akibat kasus narkoba. Dampak lainnya adalah, para pengguna narkoba dengan media suntik akan rentan sekali terkena AIDS/ HIV. Belum lagi dengan diikuti berubahnya mentalitas seorang pengguna terhadap masyarakat. Pengguna Narkoba akan cenderung memisahkan diri dari masyarakat. Begitu juga masyarakat akan merasa khawatir jika anak-anak mereka berteman dengan seorang pemakai narkoba. Maka dari itu, pemerintah bersama-sama masyarakat harus benar-benar memerangi peredaran Narkoba di mulai dari keluarga kemudian lingkungan keluarga dan masyarakat itu sendiri.
Lalu apa kaitannya dengan Tsunami yang penulis tulis sebagai judul di atas? Mari kita flashback sebentar mengenang terjadinya tragedy Tsunami yang terjadi di Aceh beberapa tahun yang lalu yaitu tepatnya tanggal 26 Desember 2005. Menurut berita, jumlah korban tsunami adalah + 200 ribu jiwa meninggal. Sedangkan di Indonesia sendiri menelan korban + 130 ribu jiwa meninggal. Tentu saja bencana ini memakan korban yang sangat begitu besar. Namun, sebuah Natural Disaster (bencana alam) merupakan sebuah bentuk ujian dari Allah SWT yang kadangkala kita kita bisa menghindarinya atau lari dari garis takdir yang telah ditentukan kepada kita. Mari kita bandingkan korban Tsunami di Aceh dengan korban meninggal oleh Narkoba di negara kita. Setiap tahun, Kita kehilangan generasi muda kita + 15 ribu jiwa dikarenakan oleh Narkoba. Padahal kita bisa menanggulanginya jika kita mau bersungguh-sungguh melawan peredaran Narkoba (Berbeda dengan bencana Tsunami). Mari kita hitung bersama-sama, korban meninggal karena narkoba pertahun adalah + 15 ribu jiwa sedangkan Tsunami adalah + 130 ribu jiwa. Ini berarti bahwa 15 ribu jiwa adalah sekitar seperdelapan dari 130 ribu jiwa. Berdasarkan dari perhitungan tersebut, kita mendapatkan hasil bahwa Indonesia mengalami bencana Tsunami setiap delapan tahun sekali karena Narkoba. Seperti yang penulis telah sebutkan di atas bahwa Tsunami yang kita alami saat ini adalah Tsunami berbusana Narkoba. Sungguh kabar yang tragis!
Siapa yang bertanggung jawab?
Rumitnya penanganan kasus narkoba mengakibatkan semua pihak dan lapisan masyarakat sepakat bahwa pencegahan dan perlawanan terhadap peredaran Narkoba adalah solusi yang terbaik untuk menyelesaikan masalah ini. Pencegahan dan perlawanan tidak hanya dilakukan oleh beberapa kelompok saja seperti LSM, Instansi saja namun juga harus didukung oleh seluruh lapisan masyarakat. Pada dasarnya, kita sendirilah yang akan menjadi korban jika kita tidak aware (peduli). Oleh karena itu kita harus menguatkan tekad dan bertanggung jawab atas masalah ini. Sekali lagi kita bisa memulainya dari keluarga kita sendiri. Kita harus memberi pengetahuan betapa berbahayanya Narkoba/ Napza.
Tanggal 26 Juni : Hari Anti Narkoba International (HANI).
Bertepatan dengan moment ini, penulis mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk bersama-sama memerangi peredaran narkoba. Langkah awal yang bisa kita mulai adalah dengan memberi pengertian dan pengetahuan kepada anak-anak dan remaja kita betapa berbahanya Narkoba/ Napza, dan tidak ada toleransi sedikitpun kepada para pengedar Narkoba. Jika kita sedikit saja memberi toleransi kepada mereka, anda sama saja merestui peredaran Narkoba. Maka dari itu, jika anda mengetahui atau mencurigai sesuatu fenomena yang berhubungan dengan Narkoba/ Napza, maka segera hubungi pihak berwenang terdekat. Mari bersama-sama kita lawan peredaran Narkoba/ Napza. Bravo!

(Artikel ini pernah dimuat di Lampung Post tanggal 25 Juni 2008, lihat di http://www.lampungpost.com/cetak/berita.php?id=2008062602554220)

Comments